Oleh Fuad Syarif
LPP TVRI Sumbar, genap berusia 12 tahun pada tanggal 19 April 2009. Di usia relatif remaja menuju dewasa, televisi daerah milik Rang Minangkabau, harus tetap bersolek guna menampilkan yang terbaik untuk masyarakat.
Prinsip sebuah stasiun TV ber-plat merah, tetap berpegang pada penyampaian informasi, pendidikan, hiburan dan pelestarian budaya menjadi pedoman yang tidak boleh dilupakan. Untuk kembali me-reaktulisasikan, peran dan komitmennya, LPP TVRI Sumbar, me-Lounching Motto yang baru yaitu TV Publiknya Urang Minang..
Perubahan (Change) itulah yang dilakukan oleh TVRI Sumbar dalam menghadapi tantangan Global dengan banyaknya bermunculannya TV swasta lokal yang menjual produk dengan harga murah dan kualitas yang dipertanyakan.
Memang sebuah tantangan besar, setiap orang diperbolehkan untuk mendirikan sebuah stasiun penyiaran tanpa memiliki pendidikan formal. Berbekal kursus jurnalistik media cetak, mereka nekad mendirikan TV Lokal. Namun anehnya masyarakat tidak mengetahui secara pasti, kualitas sebuah acara TV yang baik dari sisi penyutradaraan, audio, video dan teknik pengambilan gambar, komposisi gambar dan terkesan asal-asalan. Tapi itu pula yang diapungkan, bahwa mereka mampu menjual iklan dengan harga murah, durasi 30 detik dijual dengan harga Rp 8.000,- dan paket dialog dijual seharga Rp 1.000.000,- dan paket Feature durasi 30 menit, diambil rate yang sama yaitu Rp 1.000.000,-.
Di era globalisasi jika ingin menang dalam persaingan, para pebisnis harus mampu menjual produk dengan harga murah, kualitas baik, pelayanan prima, dan cepat merespon terhadap komplain serta kualitas gambar/ suara yang baik pula diterima masyarakat. Tapi prinsip harga murah, tidak mungkin dilakukan oleh TVRI Sumbar, karena TV publik tidak mencari profit, melainkan memberikan yang terbaik kepada masyarakat.
Ancaman yang dihadapi oleh TVRI Sumbar, adalah siarannya belum begitu baik diterima masyarakat, karena system penyiaran yang berbeda. Saat ini masyarakat menggunakan antena UHF sedang TVRI menggunakan antena VHF, dan orang menjual antena VHF-pun tidak ada.. Tak ayal, masyarakat berkomentar, kami tidak lagi menonton TVRI karena siarannya tidak bagus, tidak seperti siara TV Swasta.
Menyikapi hal ini, TVRI sumbar harus merubah sistem penyiarannya, jika tidak mau ditinggalkan pemirsanya. Namun itu pula yang menjadi kendala, merubah system penyiaran butuh dana yang cukup besar, jika pemancar (TX) berkekuatan 500 watt, butuh dana sebesar 500 juta rupiah dan jika kekuatan 1000 watt, butuh dana sekirar 1 Milyar rupiah. Dari mana dana sebesar ini jika tidak dibantu oleh Pemerintah pusat dan pemda setempat.
Nafas TVRI hanya dari APBN dan APBD serta kerjasama pihak ketiga, dan sangat naïf jika Wartawan Senior Sumatera Barat, terus mempertanyakan kenapa TVRI Sumbar harus dibantu oleh Pemda dan sangat naïf seorang wartawan senior tidak mengerti tentang Undang-Undang Penyiaran.
TVRI Sumbar, terus berupaya untuk siaran menggunakan satelit, hal ini didukung oleh Gubernur Sumatera Barat dan Bupati / Walikota. Rencananya tanggal 1 Juli 2009, uji coba penggunaan satelit dilakukan. Berbagai halangan masalah topografi dan hambatan lautan-pun dapat teratasi.
Setiap organisasi yang maju, pasti menginginkan perubahan disegala bidang. Begitu juga dengan Seksi Berita LPP TVRI Sumbar, dalam menyuguhkan informasi ketengah masyarakat berupaya merubah motto dari Aktual, dan Berani menjadi, Aktual, Berimbang dan Bertanggungjawab. Perubahan Motto dalam sebuah organisasi, memegang peranan yang penting untuk menunjang komitmen dan menjalankan Visi serta Misi institusi.
Makna Aktual, tentunya menjadi target semua media, guna menampilkan berita dalam waktu secepat mungkin. Berimbang, menganalogikan setiap reporter dan kameramen dalam mengangkat sebuah berita harus didasarkan prinsip berimbang dalam informasi (cover both side) dan berakhir dengan pertanggungjawaban, merupakan kewajiban insan pers mempertanggungjawabkan, hasil karyanya untuk kepentingan masyarakat.
Di Usia ke-12 tahun LPP TVRI Sumbar, selalu menyuguhkan sesuatu yang baru, dengan Background Berita baru, tune baru dan beberapa tampilan paket acara yang baru pula.
Perubahan memang harus didukung oleh SDM yang mengerti tentang kemajuan, jika SDM hanya menunggu perubahan tanpa adanya usaha yang maksimal, akan berbuah kemandegan.
Ketika Reporter masuk ke TVRI sumbar, disyaratkan Lulusan Perguruan Tinggi semua Jurusan, tapi harus memiliki IPK minimal 3,25 dan untuk kamerawan 2,75. Nilai yang tinggi ini, mencerminkan kemampuan intelektual dalam membuat berita dan menampilkan visual yang terbaik, untuk di tonton oleh masyarakat.
Begitu juga dengan para editor dan penyiar yang berkualitas pula, menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Namun yang menjadi pertanyaan, tingkat kesejahteraan karyawan khususnya bidang berita masih jauh dari yang diharapkan, karena mereka hanya menerima Gaji tiap bulan yang jumlahnya sama dengan UMP, dan uang makan, Rp 15.000,- perhari. Memang suatu dilema, di satu sisi, para jurnalis ini merupakan pekerjaan professional yang harus digaji tinggi, namun disisi lain, status kepegawaian masih terbilang PNS atau Karyawan kontrak (Honorer) dengan gaji standar yang ditentukan oleh Negara atau LPP TVRI. Entah sampai kapan dilema ini berkakhir………
Sebagai Abdi Negara dan Abdi masyarakat, TVRI Sumbar tetap memberikan yang terbaik kepada masyarakat..